Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast Semarang Mt Bukit Raya 2278 MDPL

Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast Semarang
Mt Bukit Raya 2278 MDPL

Bukit Raya merupakan Kawasan konservasi yang menjadi taman nasional yang terletak di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah. Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah.

Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast, Pendakian Bukit Raya memiliki dua jalur yang bisa dilewati dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, untuk jalur Kalimantan Tengah yang Harus di Lewati Palangkarya, Kasongan, Tumbang Samba, Tumbang Habangoi, Hulu Dehie dan jalur Kalimantan Barat Pontianak, Sintang, Nanga Pinoh, Nanga Serawai, Desa Jelundung, Desa Rantau Malam, setelah membandingkan dua jalur tersebut, TIM akhirnya memutuskan lewat Jalur Kalimantan Barat yang aksesnya tidak terlalu sulit menuju pintu rimba Bukit Raya.

Tgl 27 Juli 2017
Tim Ekspedisi melakukan Upacara Pelepasan ATLIT pada jam 08.45 WIB - 09.10 WIB, dengan jumlah Peserta 3 Orang Laki-Laki
  1. Hamdan Aenurizal Hermana (Trendeng) 
  2. Fatkhul Majid Zubizarreta (Omen) 
  3. Muhammad Yazid Annas (Kilat)

yang siap diberangkatkan ke Kalimantan Barat, yang dilaksanakan di Kampus Mugas Universitas Stikubank Semarang (UNISBANK)

Inilah Tim Semarang yang selalu Siaga memantau keberadaan Tim Atlit selama berkegiatan diluar jawa

Sebelum berangkat ke stasiun Poncol Semarang

Setelah Upacara Pelepasan selesai, Tim menunggu keberangkatan Kereta Api, di Stasiun Poncol Semarang dengan tujuan Stasiun Bekasi, Keberangkatan Kereta Api pada jam 13,15 WIB – 19,45 WIB Menggunakan Kereta Api Tawang Jaya, Perjalanan ditempuh kurang lebih 7 Jam, sampai di Stasiun Bekasi, Tim Ekspedisi Menunggu salah satu Anggota Mapalast yang akan mengantarkan Tim Ekspedisi ke Mapala Palmater Universitas STMIK Indonesia, sampai di Mapala Palmater Tim singgah di Mapala tersebut, dan menunggu keberangkatan Pesawat.

Tgl 28 Juli 2017
Tim Ekspedisi bangun pada jam 06,10 WIB, bergegas untuk menyiapkan segala hal, setelah selesai semua, Tim berangkat dari Mapala Palmater menuju Bandara Soekarno Hatta pada jam 10,00 WIB – 10,30 WIB sampailah di Bandara Soekarno Hatta, Transportasi yang di gunakan menuju Bandara Soekarno Hatta Menggunakan Mobil, ada salah satu kawan dari Palmater yang ikut mengantarkan Tim hingga ke Bandara Soekarno Hatta.
foto di Bandara Soekarno Hatta, sebelum berangkat menuju Bandara Supadio Pontianak
Tim Ekspedisi menggunakan Pesawat Lion, setelah Chek in selesai, Tim menunggu keberangkatan Pesawat pada jam 11,10 WIB – 12,45 WIB, tidak lama kemudian, sampailah di Bandara Supadio dan dijemput oleh Mapala Untan (Universitas Tanjungpura Pontianak) sebelum Pesawat terbang Tim sudah menghubungi Mapala Untan Pontianak, Kawan – Kawan Mapala Untan sudah menunggu kedatangan Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast, sampai di Basecamp Mapala Untan, Tim disambut oleh Kawan – Kawan, begitu juga ketika Tim berangkat dari Semarang sampai di Mapala Palmater Jakarta disambut oleh Kawan – Kawan Palmater Jakarta.
Kawan – Kawan dari Mapala Untan Pontianak dan ada juga Kawan dari Mapala Himalaya Semarang (Brambang) kebetulan orangnya berada di tanah kelahiranya Pontianak


Tgl 29 Juli 2017
Ekspedisi kali ini bukan hanya pendakian saja, ada juga Sosialisasi Almamater, guna memperkenalkan Kampus UNISBANK Semarang, pada jam 07.00 WIB – 10.00 WIB Tim Ekspedisi mengurus perizinan ke SMA Santun Untan Pontianak, didampingi oleh Kawan – Kawan dari Mapala Untan, Setelah selesai perizinan Tim kembali ke Basecamp Mapala Untan, Tim singgah di Mapala Untan selama 3 Hari, Karena target sebelum pendakian banyak kegiatan yang harus diselesaikan, ketika sampai di Basecamp, Tim mulai mengecek barang bawaanya, apa saja yang perlu dibeli sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa trakhir.
Tgl 30 Juli 2017
Pagi yang cerah di Kota Pontianak, tidak lupa dengan agenda sebelum Sosialisasi Almamater UNISBANK, melengkapi kekurangan Konsumsi pendakian, setelah selesai sarapan, mandi, Tim mulai bergegas pergi ke pasar, belanja kekurangan konsumsi, rasanya sudah kaya ibu – ibu rumah tangga, pagi – pagi pergi ke pasar, pada jam 08,00 WIB – 13, 15 WIB Hamdan Aenurizal Hermana (Trendeng) pergi ke pasar bersama Kawan dari Mapala Untan, Asmadi (Madun) ketua umum Mapala Untan yang mengantarkan salah satu Tim pergi ke pasar, sedangkan Fatkhul Majid Zubizarreta (Omen), Muhammad Yazid Annas (Kilat) menunggu di Basecamp Mapala Untan, karena keterbatasan Transportasi untuk menuju ke pasar, tidak disadari ketika membeli kebutuhan konsumsi di Pontianak, Harga melambung tinggi, tidak seperti di jawa kebutuhan apapun masih bisa terjangkau, mau gi mana lagi, mahalpun tetep dibeli, karena kalau tidak di beli, Tim mau makan apa nanti, kalaupun beli di daerah hulu menuju pintu pendakian, di situ harga lebih mahal dan bisa dua kali lipat di bandingkan di Pontianak, Selesai belanja Tim kembali ke Basecamp dan Tim mulai Packing ulang untuk memasukan konsumsi yang baru saja di beli, Packing sudah, Belanja Konsumsi Sudah, agenda Hari ini terlaksana semua, tidak lama kemudian, Madun mengajak Tim Ekspedisi berkunjung ke Mapala Khatulistiwa Pontianak, pada jam 14.20 WIB – 16.00 WIB ramah tamah di Mapala Khatulistiwa Pontianak, setelah itu kembali ke Basecamp dan Tim mulai menyiapkan bahan untuk Sosialisasi Almamater UNISBANK yang akan dilaksanakan besok pagi.


Tgl 31 Juli 2017
Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast mulai bergegas di pagi hari, untuk mempersiapkan yang akan dilaksanakan di SMA Santun Untan Pontianak, pada jam 06,30 WIB perjalanan menuju SMA Santun Untan, kurang lebih 100 Meter dari Basecamp Mapala Untan, pada jam 07,20 WIB – 09,30 WIB Sosialisasi Almamater Kampus Unisbank Semarang, Siswa/i di Sma Santun Untan sangat aktiv, Ketika Tim Ekspedisi menyampaikan Profil Unisbank, Siswa/I langsung tanggap, dan langsung bertanya tentang Kampus Unisbank, cukup menyenangkan sekali bisa Sosialiasi Almamater di Sma Santun Untan Pontianak, Selesai Sosialisasi Almamater, Tim menemui Wakil Kepala Sekolah, yang tadinya mau menemuai Kepala Sekolahnya langsung, tapi beliau pergi ke luar Kota, tidak lama kemudian, Tim kembali ke Basecamp Mapala Untan Pontianak, salah satu dari Tim, Trendeng pergi dengan Madun ke Terminal Bus, untuk membeli tiket Bus dengan tujuan Sintang.
Setelah Sosialisasi Almamater Unisbank Semarang, Foto bersama Siswa/i Sma Santun Untan Pontianak

Perlu di ketahui Bus dengan tujuan Sintang atau Nanga Pinoh cuma ada beberapa Bus saja, seperti Bus Damri, Bus Borneo dan Bus Ats, itupun cuma ada dimalam hari, Transportasi yang digunakan Tim ETA IV Bus Damri, dengan tujuan Sintang, Sebenarnya bisa langsung tembus di Nanga Pinoh, tetapi Tim memutuskan dengan tujuan Sintang, karena sebelum pendakian Tim ETA harus mengambil SIMAKSI di TNBBBR sintang, ada juga di Nanga Pinoh, Kantor TNBBBR, bisa di ambil di Kantor Sintang atau Nanga Pinoh, kebetulan Tim Ekspedisi mengambil SIMAKSI di Sintang dan singgah di Mapala Kompass Sintang (Universitas Kapuas Sintang)
 
Harga dan Jadwal keberangkatan Bus Damri
Perjalanan dari Pontianak menuju Sintang kurang lebih 8 Jam, dengan jarak tempuh (309 KM), sampai di Tugu Bi Sintang jam 03,10 WIB, Kawan dari Mapala Kompass Sintang datang menjemput Tim ETA IV.

Tgl 01 Agustus 2017
Pagi hari pada jam 07,00 WIB – 13,00 WIB Tim istirahat di Mapala Kompass Sintang, Setelah itu Tim mengurus SIMAKSI di TNBBBR Sintang dengan jarak tempuh dari Basecamp Mapala Kompass kurang lebih 15 Menit menuju Kantor, ditemani oleh Kawan – Kawan Mapala Kompass, selesai ngurus SIMAKSI jam 15,00 WIB lalu Trendeng membeli sayur – sayuran dengan Kawan – Kawan Kompass, Omen, Kilat kembali ke Basecamp Kompass untuk Persiapan di Hari esok yang akan melanjutkan perjalanan ke Desa Trakhir.
Tgl 02 Agustus 2017
Tim bangun pagi pada jam 06,00 WIB, persiapan menuju Nanga Pinoh, perjalanan dari Basecamp Kompass Sintang menuju Nanga Pinoh kurang lebih 1 jam jika mengguanakan motor dan kebetulan waktu itu Kawan – Kawan dari Mapala Kompass mengantarkan Tim Ekspedisi hingga di Terminal Speed Boat, sampai di Nanga Pinoh Trendeng Mengambil Karcis dikantor TNBBBR Nanga Pinoh, Omen, Kilat Menunggu diterminal Speed Boat, Jarak tempuh dari Terminal Speed Boat ke Kantor TNBBBR Nanga Pinoh kurang lebih 10 Menit, sebelum Tim naik Speed Boat, satu bulan yang lalu Trendeng sudah konfirmasi dengan pak Hermansyah yang mempunyai Speed Boat, jarak tempuh dari Nanga Pinoh ke Serawai kurang lebih 5 jam, untuk biaya Speed Boatnya, satu orang Rp. 300.000 ribu.
Armada yang digunakan Tim ETA IV dari Nanga Pinoh ke Serawai
Sungainya berwarna agak kecoklatan akibat para penambang Emas, yang mayoritas Masyarakat setempat mencari penghasilnya dari tambang Emas, sangat disayangkan sungai sebesar itu dan sungai yang sangat panjang ternodai dengan warna agak kecoklatan, sepanjang perjalanan dari Nanga Pinoh menuju Serawai dipenuhi dengan penambang Emas.
Sampai di Serawai sudah terlalu sore, yang targetnya tanggal 02 Agustus 2017 sampai di Desa Rantau Malam, tetapi terhalang dengan musim kemarau, yang membuat sungai semakin surut dan perjalanan semakin lama, mau gak mau Tim harus bermalam di Serawai.

Tgl 03 Agustus 2017
Pagi yang sangat cerah di Serawai, Tim bangun dipagi hari dan bergegas melanjutkan perjalanan menuju Desa Rantau Malam, kali ini Armada yang digunakan Tim ETA IV yaitu, Kapal Klotok, seperti biasa salah satu Tim menghubungi Pak Ebong, yang mempunyai Kapal Klotok.
Sebelum berangkat menuju Desa Rantau Malam
Akses menuju Desa Rantau Malam bisa juga melewati jalur Darat, dari Serawai, Desa Tontang, Desa Jelundung, Desa Rantau Malam, tetapi jalur darat tidak menyakinkan untuk dilewati, jalannya sangat rusak dan sekalipun kendaraan motor melewati jalur tersebut, bisa – bisa kendaran tersebut, berhenti ditengah jalan, setelah Tim ETA IV membandingan antara jalur darat dan Jalur air, Tim memutuskan agar lewat jalur air, biaya untuk Kapal Klotok yang digunakan Tim ETA IV Rp 2.500.000 per tim sudah termasuk PP (Pulang Pergi), Perjalana dari Serawai ke Rantau Malam kurang lebih 6 Jam.
 
Beberapa kali Tim harus turun dari Kapal Klotok akibat arus putaran yang kuat dan sungai yang dangkal

Butuh perjuangan menuju Desa Rantau Malam, Desa yang paling hulu apa lagi jika musim kemarau, harus ekstra sabar, sering kali harus turun dari Kapal Klotok, tetapi sepanjang perjalanan dari Serawai ke Rantau Malam cukup indah dan lagi – lagi Tim melihat banyak Penambang Emas, Sampai di Desa Rantau Malam Tim di sambut oleh warga setempat. Tim bermalam dirumah bapak jakat, Kepala Dusun Desa Rantau Malam, biaya Penginapan Rp. 150,000 Per kegiatan
Tgl 04 Agustus 2017
 Hari demi hari berganti, Tim tidak lupa dengan agenda di  Hari ini, Bakti Sosial di SDN 20 Rantau Malam, pada jam 08,00 WIB Tim bergegas ke Sekolah, sebelum Tim mulai kegiatan Bakti Sosial, Tim menemui salah satu guru, untuk memandu Tim berkegiatan di SDN 20, setelah berbincang – bincang dengan guru SD, Tim akhirnya masuk di kelas 6 SD, untuk melakukan serah terima buku bacaan dan ATK kepada siswa/i, setelah itu Tim mengadakan aksi bersih lingkungan Sekolah, yang diikuti oleh siswa/i SDN 20 Rantau Malam, selesai bersih – bersih, Tim mulai mewawancarai tentang keadaan sekolah.



Inilah data – data Sekolah SDN 20 Rantau Malam


Foto bersama Siswa/i SDN 20 Rantau Malam di temani guru – guru dan salah satu orang PL TNBBBR

Sekolah SDN 20 Rantau Malam ini, beda dengan sekolah yang ada di kota – kota besar, siswa/i yang bersekolah kebanyakan tidak memakai sepatu dan tas, masih banyak pendidikan di Indonesia yang kurang memadahi di daerah pedalaman, perlu diperhatikan sekolah yang ada di daerah pedalaman, siswa/i ini membutuhkan fasilitas sekolah yang mendukung, agar bisa belajar lebih baik, semoga tahun demi tahun SDN 20 Rantau Malam lebih diperhatikan Pemerintah.
Tgl 05 Agustus 2017
Sebelum pendakian Tim Ekspedisi melakukan kegiatan selanjutnya, Jelajah Budaya Suku Dayak Ot Danum, Kata Ot berarti "orang" atau "hulu", sedangkan Danum berarti "air", dan Ot Danum berarti "orang air" atau "orang yang hidup di hulu sungai". Suku Dayak Ot Danum dekat dengan kehidupan alam dan sangat menghormati tradisi leluhur untuk menjaga keseimbangan manusia dan alam sekitarnya. Perawakan suku Dayak Ot Danum berkulit kuning menunjukkan bahwa mereka adalah ras mongoloid. Suku Dayak Ot Danum ini memiliki kerabat dekat di provinsi Kalimantan Barat yang disebut suku Dayak Uud Danum. Secara fisik, karakter dan budaya bisa dikatakan mirip, hanya saja dibedakan karena perbedaan letak geografis.
Tim Ekspedisi mewawancari salah satu warga Desa Rantau Malam yang paling sepuh disitu, nama beliau ED Otong Lahir di Desa Rantau Malam pada tanggal 04 Juni 1955, Tim menanyakan tentang Budaya Adat, di Desa Rantau Malam ada rumah – rumah kecil, lah disitu tempat untuk menaruh tulang – tulang, warga setempat biasa menyebutnya (SANDUM) dan mayoritas warga setempat menggunakan Rumah Betang, Adat di Rantau Malam sangat kental, inilah salah satu peraturan adat, jangan masuk rumah orang, jika kaki sudah menginjak depan rumah warga, dan dirumah Cuma ada 1 orang perempuan, akan dikenakan adat, warga setempat menyebutnya (ULUN) 1 ulun seharga Rp. 500.000, jika dibayar menunggunkan Emas, sebesar 2 Gram setengah, masih banyak lagi Peraturan adat di Desa Rantau Malam, selesai wawancara Tim Ekspedisi melakukan Upacara Adat (NGUKUHI HAJAT)  pada jam 07,20 WIB,
Gigit Parang

Upacara tersebut untuk meminta izin kepada penunggu Gunung Bukit Raya, warga setempat mempercaya adanya penunggu Gunung, masyarkat menyebutnya KOMELUH&JIN, biaya Upacara adat Rp. 200.000 dua kali Upacara, sebelum pendakian dan sesudah pendakian, beli ayam untuk Upacara Adat satu kilo Rp. 80,000, bisa dikatakan ayam termahal di dunia.

Tgl 06 Agustus 2017
Tim Ekspedisi mulai bangun jam 06,00 WIB, bergegas dan akan melaksanakan Pendakian gunung Bukit Raya 2278 MDPL. Tim menunggu ojek yang akan mengantarkan Tim ke Korong Hape dengan membayar biaya Rp. 75.000 ribu per Orang. Jam 09.15 WIB akhirnya ojekpun datang. Butuh waktu 25 menit dari Rantau Malam ke Korong Hape menggunakan ojek. Jalan disinipun cukup ekstrim, jika hujan jalan disini menjadi berlumpur.

Korong Hape (446 MDPL) dengan titik koordinat S 00° 32” 16.7’ E 112° 34” 45.2’




Jam 09.40 Tim Ekspedisi sampai di Korong Hape, Tim melakukan ploting Peta, Tempat ini dinamakan Korong Hape karena disini ada sinyal. Tentunya tak semua jaringan sinyal ada di tempat ini dan perlu diketahui, Porter Desa Rantau Malam beda dengan porter lainnya, biasanya kalau porter membawa Perkap Pendakian, menggunakan Carier, tapi porter kali ini mempunyai Carier khusus, yang dinamakan (TENGKALANG) terbuat dari Karung lebih uniknya lagi, Porter ini tidak memakai sepatu, mereka hanya memakai Sandal jepit, terkadang juga kalau merasa licin, mereka tidak pakai alas kaki, layaknya kaki beralas baja, tidak merasa kesakitan naik gunung tanpa menggunakan alas kaki, biaya Porter 1 Hari Rp. 175.000 ribu. Jam 09.50 WIB Tim Ekspedisi mulai berjalan menuju pos 1 Jalan menuju pos 1 tidak terlalu terjal. Naik turun bukit selama 1 jam 25 menit. Tim berjalan hingga sampai di pos 1 pukul 11.26 WIB. Pos 1 dinamakan ( Hulu Menyanoi) Tim Ekspedisi istirahat selama setengah jam sambil ploting Peta. Di pos 1 ada aliran air yang kecil dan bisa diambil untuk diminum. Tak butuh waktu lama, Tim ekspedisipun melanjutkan perjalanan menuju pos 2.
Pos 1 Hulu Menyanoi ( 660 MDPL ) dengan titik koordinat  S 00° 33” 09.1’ E 112° 36” 39.6’)

Jam 11.45 WIB Tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan. Pos 1 ke pos 2 pun cukup dekat, hanya butuh waktu 50 menit plus istirahat, sampai di pos 2. Jam 12.33 WIB Karena waktu sudah siang, akhirnya Tim Ekspedisi istirahat dan mengisi perut agar tenaga kembali lagi. Di pos 2 ini ada air. Tetapi air disini berwarna kemerahan itulah mengapa pos 2 dinamai pos Sungai Mangan ( Sungai Merah ) selesai makan jam 13.45 WIB Tim ekspedisi melanjutkan perjalanan menuju pos 3 ( Hulu Rabang ). Berbeda dengan pos 1 ke pos 2 dengan membutuhkan waktu yang cukup cepat. Untuk menuju pos 3 Tim Ekspedisi membutuhkan waktu yang lama, belum lagi ditambah perjalanan naik turun bukit yang menguras tenaga dan membuat Tim Ekspedisi tidak sabar lagi agar cepat sampai di pos 3.
Pos 2 Sungai Mangan ( 673 MDPL ) dengan titik koordinat S 00° 33” 39’ E 112° 37” 26.6’

Jam 17.00 WIB Tim Ekspedisi sampai di pos 3. Butuh wakt 3 jam 15 menit perjalanan menuju pos 3. Di pos inilah favourite ngecamp untuk para pendaki. Selain tempatnya cukup luas, disini juga ada sungai yang mengalir deras. Bahkan di sungai pos 3 ini bisa menangkap ikan dan mandi disini. Jam 17.15 WIB pembagian tugas ada yang mendirikan camp dan ada juga yang masak untuk makan malam. Jam 20.05 WIB Tim Ekspedisi Evaluasi dan Brifing untuk kegiatan pendakian hari berikutnya. Jam 20.30 WIB Tim Ekspedisi istirahat tidur.
Pos 3 Hulu Rabang ( 715 MDPL ) dengan titik koordinat ( S 00° 36” 06.4’ E 112° 38” 59.6’ )

Tgl 07 Agustus 2017
Di pagi hari alam mulai tidak bersahabat, hujan yang terus mengguyur Tim Ekspedisi, pada jam 09,00 WIB Tim mulai melanjutkan perjalanan menuju pos 4, track perjalanan berikutnya akan terus menanjak banyak batang pohon tumbang yang menghalangi perjalanan. Sering kali Tim ETA IV harus merangkak dan memanjat batang pohon tersebut. Dan gangguan lainnya datang dari makhluk tanpa tulang belakang penghisap darah, binatang ini selalu menemani perjalanan Tim ETA IV dari mulai memasuki hutan. Sering kali Tim berhenti untuk menyingkirkan makhluk tersebut dari tubuh Tim Ekspedisi, segala daya dan upaya telah dilakukan, seperti membalut kaki dengan tembakau yang telah dicampur dengan air garam, namun usaha tersebut sia-sia pacet tetap saja menjajah tubuh Tim Ekspedisi. Kondisi tanah yang teduh dan lembab menyebabkan pacet berkembang biak disini, ditambah pada  saat melakukan pendakian dari pos 3 menuju pos 4  hujan mengiringi perjalanan Tim Ekspedisi sehingga pacet tambah merajalela, dari awal pendakian bahkan hingga pos 6 akan ditemui binatang ini. Macamnya pun berbeda - beda dari yang berwarna hitam, loreng hitam oranye, dan bercorak hijau hitam. Pacet yang berwarna loreng layaknya pakaian tentara itulah yang terasa sakit ketika menggigit dibanding pacet lain, warga setempat menyebutnya “pacet bajing. Track yang terus menanjak membuat langkah kaki melambat dan nafas mulai tidak setabil, ditambah lagi saat itu turun hujan membuat jalan menjadi licin, langkah demi langkah terus dilewati sekitar 3 jam perjalanan sampailah di pos 4 ( Hulu Julundung ). Pos 4 tempat posisinya juga kurang datar alias miring sehingga kurang direkomendasikan untuk bermalam di pos 4, Pos 4 dekat dengan sungai sekitar 5 menit, sampai pos 4 kebetulan hujan sudah reda, Tim langsung menyiapkan logistik untuk dimasak karena sudah waktunya makan siang. Sama dengan pos 3 masih terdapat para vampir yang haus darah yang membuat Tim was-was untuk duduk istirahat, lain dengan pos 3 disini terdapat banyak tawon, sejenis tawon madu yang beterbangan mengelilingi tubuh Tim Ekspedisi, sesekali mereka hinggap dan membuat panik.
Pos 4 ( Hulu Julundung ) ketinggian 1329 MDPL dengan titik koordinat S 00° 57” 15,4’ E 112° 38” 44,9’ (Personil Sibuk membersihi Pacet)

Tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan menuju pos 5 (Linang) disana Tim akan bermalam, kaki terus berpacu dimedan yang terus menanjak sekitar 3 jam Tim berjalan, sampailah di pos 5 (Linang) Tim berjalan selama 3 jam hanya bertambah kurang lebih 80 meter ketinggiannya. Dipos 5 tempatnya lumayan luas, cukup untuk menampung 4 tenda kapasitas 4 person, disini terdapat sumber air tetapi harus turun menuju sungai sekitar 10 menit perjalanan, di pos ini juga dekat dengan air terjun kurang lebih 200 meter dari tempat camp, sampai pos 5 Tim Ekspedisi bergegas mendirikan tenda karena waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, suasana dipos 5 begitu nyaman berbeda dengan pos yang lain, mungkin karena ada suara air terjun yang membuat suasana begitu nyaman, tetapi Tim masih dihantui oleh para drakula yang ganas bringas tanpa belas kasihan menghisap darah Tim Ekspedisi.

Pos 5 (Linang) ketinggian 1387 MDPL dengan titik koordinat S 00° 38" 50,7’ E 112° 38" 44,9’
Bermalam dipos 5
Setelah makan malam Tim pun bergegas tidur untuk memulihkan tenaga karena besok target bermalam di puncak, perjalanan dengan medan berat telah menanti.
Tgl 08 Agustus 2017
Pagi hari menyambut kembali, cukup istirahatnya dan siap melanjutkan pendakian menuju titik tertinggi di pulau Kalimantan, dari pos Linang medan yang dilalui menajak curam tanpa bonus, sekitar 1 jam perjalanan sampai pertigaan, jalur kepuncak adalah yang kekiri sedangkan pos 6 (Sowa Badak)  kekanan. Tim ambil jalur kekiri karena target Tim Ekspedisi langsung puncak, medan yang dilalui bervariasi mulai dari tanjakan terjal, medan lumpur, serta air hujan yang turun menambah kepedihan, tetapi syukurlah serangan para pacet sudah mulai berkurang.
Hujan yang turun menyisakan genangan air yang membuat medan berlumpur, terkadang sepatu Tim tenggelam oleh dalamnya lumpur
Perjalanan menuju puncak semakin ekstrim, terdapat track terjal yang harus menggunakan tali webbing untuk melaluinya.


Tanjakan demi tanjakan dilalui, jalur yang dilewati semakin sulit dimana terdapat banyak pohon yang tumbang seringkali memaksa Tim Ekspedisi harus jalan jongkok, merayap, hingga dada bertemu dengan tanah. sekitar 4 jam Tim berjalan dari pos 5, sampailah ditempat yang dipenuhi lumut.

 Rasanya seperti masuk ke negri dongeng ketika melaluinya. Terlihat indah namun ini yang memaksa Tim harus merangkak dan merayap, terkadang carrier Tim Ekspedisi nyangkut didahan pohon, sekitar 2 jam naik turun punggungan sampailah di Puncak Kakam pukul 17.20 WIB ketinggian 2278 dengan titik koordinat S 00° 39’ 35,6’ E 112° 41" 20,1’. Semua jerih payah Tim Ekspedisi terbayarkan oleh tulisan Puncak Kakam 2278, itu bertanda Tim berhasil menginjakkan kaki dititik tertinggi pulau Kalimantan, berbeda dengan gunung-gunung yang ada di pulau Jawa ketika sampai dipuncak akan terlihat angkasa yang luas, sedangkan disini yang terlihat hanyalah pepohonan, jika ingin melihat pemandangan harus memanjat pohon terlebih dahulu. Suasana dipuncak begitu sepi hanya Tim kami saja disana,.



Dipuncak terdapat rumah-rumahan untuk menaruh benda-benda persembahan.
Dipuncak juga banyak dijumpai tupai-tupai liar yang masyarakat setempat mempercayai bahwa hewan tersebut pelihara dari penunggu Bukit Raya.

CONGRATULATION!

 
Jaya MAPALAST-KU

Puncak Mt. Bukit Raya

EKPEDISI TANAH AIR (ETA) IV

bersama Eiger Adventure
eigertropicaladventure
@eigeradventure 

Super Adventure Semarang
@komunitassemarangsetara

CK BANDANA
@ck_bandana 


Tips : jika ingin kebukit raya, hubungi pemilik speed boat dan kapal klotok sebulan sebelum pendakian, atau langsung saja hubungi salah satu orang TNBBBR tentunya untuk mengurus SIMAKSI dan sekarang lebih mudah transportasinya dari serawai ke rantau malam sudah diurus sama orang TNBBBR, Porter juga sudah dibentuk sama orang TNBBBR. Biaya masih bisa berubah – ubah, sepandai – pandainya negosiasi mengenai Transportasi dan lain sebaginya.

RAKOR 2017

RAKOR 2017
Selasa, 21 Februari 2017 

RAKOR 
Breaking News MAPALAST 
          Delegasi Rapat Koordinasi Lembaga Kemahasiswaan dan UKM oleh saudara Andriyanto Eka Saputra (Ketua Umum) dan saudari Melly Kristina Sukarto (Wakil Ketua Umum) yang dilaksanakan pada 20-21 februari 2017 di gedung D61 Kampus kendeng Unisbank semarang. 
         Rakor yang diikuti oleh seluruh lembaga kemahasiswaan baik HMPS maupun UKM yang berlangsung selama dua hari memperdebatkan program kerja yang akan berjalan disatu periode 2017-2018. 
        Tetap semangat dan sukses dalam menjalankan program kerja!!!  
     

Materi Dasar Caving

Materi Dasar Caving
Materi Dasar Caving

ETIKA DAN KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA

Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi ETIKA dan KEWAJIBAN kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi gua-gua.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA.

ETIKA PENELUSUR GUA :

1. Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua DAPAT merusak gua, karena membawa kuman, jamur dan virus asing kedalam gua yang lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusran gua akan merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, kantong plastik, botol atau kaleng minuman dan makanan di dalam gua.
Membuang benda-benda tersebut adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang mencoret-coret gua dengan benda apapun juga.

Karenanya ikutilah MOTTO NSS dari USA:
“ Jangan MENGAMBIL sesuatu…….Kecuali mengambil POTRET”

“ Jangan MENINGGALKAN sesuatu…..Kecuali meninggalkan JEJAK”

“ Jangan MEMBUNUH sesuatu…… Kecuali membunuh WAKTU”

2. Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. Karenanya jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan sesuatu didalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun, harus diusahakan pengambilan spesimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia spesimen yang sama didalam laboratorium atau museum dan belum diambil spesimen yang sama oleh ahli speleologi lainnya.
Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.

3. Menelusuri gua harus disertai kesadaran, bahwa kesanggupan dan keterampilan pribadi TIDAK USAH DIPAMERKAN. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutup-tutupi oleh karena rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan orang lain. Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan, maka hal ini akan membawa akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar ETIKA untuk memandang rendah keterampilan serta kesanggupan sesama penelusur. Juga melanggar ETIKA bila memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan diluar kemampuan teknis. Juga apabila belum siap mental atau kesehatan tidak memadai.

4. Tunjukkan RESPEK terhadap sesama penelusur gua dengan cara :

Ø Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan mereka.

Ø Jangan membahayakan para penelusur lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain didalam gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang oleh rombongan penelusur lainnya.

Ø Menghasut penduduk disekitar gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lainnya memasuki gua, karena tidak satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiah setiap gua harus dapat diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.

Ø Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan DAN BELUM MEMPUBLIKASIKANNYA.

Ø Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul, bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan pula.

Ø Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal ini berarti membohongi diri sendiri, dan dunia ILMU SPELEOLOGI khususnya.

Ø Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama penelusur.

Ø Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.

KEWAJIBAN
Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya

1. Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan SPELEOLOGI dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR GUA.
2. MEMBERSIHKAN gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para penelusur gua.
3. Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat setiap penelusur gua wajib memberi pertolongan itu.
4. Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua. Mintalah ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang menyinggung perasaan penduduk. Jangan merusak pagar, tanaman, atau bangunan dan mengganggu hewan milik penduduk.
5. Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan kepada instansi tersebut. Apabila telah meminta ijin nasehat kepada sekelompok penelusur atau seseorang ahli lainnya maka wajib diserahkan pula laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu.
6. Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada kelompok penelusur lainnya, apabila anda mengetahui akan adanya tempat-tempat yang berbahaya.
7. Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup yang ditemukan dalam gua untuk lingkungan NON-penelusur gua atau NON-ahli speleologi. Hal itu perlu nuntuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul untuk ikut mengambil benda-benda itu guna koleksi pribadi. Bila perlu hanya boleh dipamerkan melalui foto-foto saja.
8. NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua-gua SEBELUM, dinyatakan betul adanya usaha pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang-orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita apabila mereka mengunjungi gua-gua itu akibat publikasi dalam media massa.
9. Dipelbagai negara, setiap musibah yang dialami penelusur gua wajib di laporkan kepada sesama penelusur melalui media speleologi yang ada. Hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama dapat dihindari.
10. Menjadi kewajiban mutlak bagi setiap penelusur gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan atau keluarga terdekat ke lokasi mana yang akan di telusuri dan kapan ia diharapkan pulang. Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan kepada penduduk terdekat nama dan alamat para penelusur dan kapan diharapkan seloesai menelusuri gua. Wajib diberitahukan kepada penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila para penelusur belum keluar dari gua sesuai waktu yanjg direncanakan.
11. Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir didalam gua sewaktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat dipakai untuk menghindarkan diri dari banjir.
12. Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib bertindak dengan teman tanpa panik dan wajib patuh pada instruksi pimpinan penelusur.
13. Setiap penelusur gua wajib melengkapi dirinya dengan perlengkapan dasar pada kegiatan lebih sulit dengan perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.
14. Setiap penelusur gua wajib melatih diri dalam pelbagai keterampilan gerak menelusuri gua dan keterampilan menggunakan peralatan yang dibutuhkan.
15. Setiap penelusur gua wajib membaca pelbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuannya tentang SPELEOLOGI tetap akan berkembang. Bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau observasi ilmiah, diwajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur atau ahli speleologi dapat menarik manfaat dari makalah-makalah itu.

INTRODUKSI SPELEOLOGI

I. Speleologi

Speleologi di Indonesia tergolong di Indonesia tergolong ilmu yang masih baru dan mulai berkembang sekitar tahun 1980. Sedangkan di Perancis dan Jerman sudah mempelajari ilmu tersebut sejak abad -19.

Speleologi adalah ilmu-ilmu yang mempelajari gua-gua. Kata tersebut diambil dari Bahasa Yunani : SPELALION : Gua, LOGOS : ilmu.

SPELEOLOGI dapat diartikan secara umum sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya. Sebelum membicarakan Speleologi lebih lanjut , kita perlu mengetahui definisi dari gua :

Menurut IUS (International Union of Speleology) yang berkedudukan di Wina, Austria Gua adalah setiap ruangan bawah tanah, yang dapat dimasuki orang
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua di pergunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di Pulau Jawa dan pulau pulau lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini kering (gua fosil) atau di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.

ll. Sejarah Penelusuran Gua

Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalanpeninggalan, berupa sisa makanan, tulangbelulang, dan juga lukisan-lukisan, dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar di benua Eropa, Afrika, dan Amerika.

Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMONT, ahli bedah dari Somerset, England (1674). la seorang ahli tambang dan geologi amatir, tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20 meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter. Serta ketinggian plafon 10 meter, a-3,dan menggunakan penerangan Win. Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). la mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. la melaporkan penemuan ini pada Royal Society, Lembaga Pengetahuan Inggris. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHANN VALSAVOR dari Slovenia. la mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa, dan melahirkan empat buku setebal 2800 hataman.

JOSEPH NAGEL, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di Kerajaan Austro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bemama gua Postojna) tertetak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi penerangan dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari keuntungan.
Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1838. Dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.

Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik gua sebagai tempat pemujaan. sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk !!!

Namun semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perluloh didokumentasi dan dihargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka Antropotogi juga merupakan bagian dari Speleologi.

III. Lahirnya Ilmu Speleologi

Secara resmi ilmu Speleologi lahir pada abad - 19 berkat ketekunan EDWARD ALFRED MARTEL. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan ayahnya seorang ahli Paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1858 ia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi gua-gua dengan membawa 2 gerobak penuh peralatan, bahan makanan dan alat fotografi. Martel membuat pakaian berkantung banyak yang sekarang disebut coverall (wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin lacsar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali.

Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 m di sumuran ranabel dekat Marzille, Perancis dan selama 45 menu tergantung di kedalaman 90 m. la mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spon yang dibasahi alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik keatas mencapai atap gua. Hingga kini EDWARD ALFRED MARTEL disebut Bapak Speleologi. Kemudian banyak ahli speleologi seperti POURNIER, JANNEL, BIRET, dan banyak lagi.

Baru sete!ah PD I ROBERT DE JOLLY dan NOBERT CASTERET mampu mengimbangi MARTEL. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari Aluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan Cave Diving’ pada tahun 1922, dengan menyelami gua Montespan yang di dalam gua itu ditemukan patung-patung dan lukisan bison serta binatang lain dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan binatang, ditandai adanya bekas-bakas tombak dan panah. Namun dalam PD-II, gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan, karena pertahanan di gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan born pada waktu itu.

IV. Perkembangan Speleologi di Indonesia

Di Indonesia Speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih sedikitnya ahli - ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi. Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama ‘SPECAVINA‘, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan RKT KO ketua HIKESPI sekarang.

Namun karena adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah, dan mereka masing-masing mendirikan perhimpunan :

1. NORMAN EDWIN (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”
2. RKT KO mendirikan Hikespi pada tahun 1981

Pada tahun tahun tersebut bermunculan club-club speleologi di Indonesia seperti ASC yang berdiri pada tanggal 1 Januari 1984, SSS - Surabaya, DSC - Bali, DSC - Bali, SCALA- Malang, dll.

V. Ilmu Yang Berkaitan Erat Dengan Speleologi
Adanya perbedaan yang nyata antara permukaan dan bawah permukaan, maka keadaan ingkungan gua mempunyai nilai potensial untuk tempat penelitian yang biasa disebut sebagai laboratoriurn bawah tanah.

Ø Geomorfologi
Keadaan permukaan daerah kawasan gua-gua merupakan suatu bentang alam yang khas pada khususnya didaerah karst dimana seperti adanya bukit karst yang berbentuk cone karts, tower karst maupun bentuk morfologi permukaan lain seperti terdapat dolena, uvala, polje, cockpit, swattowhole, sungai masuk/ hilang, sungai keluar maupun bentuk-bentuk lain yang merupakan ciri kawasan karst yang mengalami proses pelarutan.

Ø Klimatologi
Keadaan iklim suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap lingkungan gua baik itu flora dan fauna, keadaan fisik gua dilingkungan tersebut, hal ini terdapat adanya perbedaan suhu, tekanan, curah hujan yang ada dipermukaan daerah tersebut. Dari beberapa penyebab tersebut diatas banyak pars ahli klimatologi untuk mempelajari pengaruh-pengaruh terhadap lingkungan, gua tersebut.

Ø Hidrologi
Merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses terbentuknya lorong gua yang disebabkan oleh aliran air baik secara fisik maupun kimiawi. Selain dari itu proses terbentuknya ornamen gua ( seperti : stalaktit, stalakmid, canopy, flow stone, gourdam, rimestone,dIl), endapan di dalam gua, dan sungai bawah tanah, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari proses terbentuknya sistim perguaan (cave system). Hampir sebagian besar gua diseluruh dunia terbentuk oleh adanya air, dilain hal faktor pendukung lainya juga mempunyai peranan yang penting ( seperti porositas batuan/ kesarangan, permeabilitas, saturasi dll).

Ø Geologi
Mempelajari asal terbentuknya batuan karbonat / batu gamping (lingkungan pengendapan) dengan asosiasinya, batuan vulkanik dan metamorfosa. Tektonik yang meliputi perlipatan, pengangkatan, pensesaran, yang hal ini akan menarik bagi pakar-pakar yang berkompeten untuk melakukan penelitian dipermukaan maupun bawah permukaan.

Ø Biologi
Gua merupakan suatu bentuk ekosistem bawah permukaan (sub surface) yang unik, dimana banyak menarik perhatian ahli biospeleologi untuk mengamati daerah tersebut, karena ada perbedaan yang spesifik dengan kehidupan dipermukaan seperti
a. komunitas yang berbeda dengan di permukaan, terutama atmosfir yang basah.
b. lingkungan yang basah tanpa cahaya.
c. perubahan sistim fisiologis karena faktor suhu, cahaya, dan tekanan yang berbeda dengan permukaan.

Ø Antropologi
Biasanya di lingkungan di daerah yang terdapat gua, terdapat suatu masyarakat percaya akan yang sudah dipahami secara turun temurun. Karena gua biasanya menggambarkan keadaan yang bersifat magis, sakral dan angker. Sehingga masyarakat didaerah tersebut percaya akan legenda atau mendapatkan sesuatu di gua tersebut (mendapat berkah, wangsit, biar tidak mendapat musibah dll) dengan cara bertapa, memberi sesaji, tirakat maupun acara acara yang bersifat ritual. Sehingga setiap daerah mempunyai adat tradisi yang berbeda- beda.

Ø Arkeologi dan Paleontotogi
Salah satu aset dari gua adalah arkeologi. Nilai arkeologi dari suatu gua bisa tercetus karena adanya lukisan-lukisan di dinding (art parriatal), yang di wilayah Indonesia terdapat di :
- Sulawesi Selatan : Maros, Leang-!eang, Leang kasi, Balloci Baru, Sumpang Bita.
- Irian Jaya : Fak Fak
- Kalimanatan Tengah
- Flores
Biasanya lukisan di dinding merupakan gambar te!apak tangan, Babi Rusa, Anoa, perahu, Rusa. Bahkan di Flores terdapat lukisan dari telapak tangan yang telah kehilangan salah satu jarinya dimana disini diasumsikan dari upacara ceremonial dalam memperingati kematian. Selain berupa lukisan di dinding peninggalan arkeologi dapat juga berupa barang pecah belah, patung, kapak batu, yang dapat disebut sebagai art mobilier.

Manusia telah mengenal gua sejak dahulu sebagai :
- Tempat perlindungan
- Tempat pemukiman
- Tempat penguburan
- Tempat sakral

Yang sampai saat ini masih ada hanyalah gua sebagai tempat yang sakral. Ada juga beberapa gua yang digunakan sebagai tempat penguburan, seperti di Trunyan (Bali) dan Londa (Sulawesi Selatan). Kepercayaan masyarakat mengenai gua sebagai tempat keramat dan dan harus dijauhi masih banyak tedihat di pelosok-pelosok. Lepas dari benar atau tidaknya anggapan mereka, terdapat juga beberapa gua yang memang mengandung misteri bagi mereka yang pernah menelusurinya, baik di daerah Wonosari, Pacitan, Blora, Sulawesi dan lain-lain.
Gua yang dihuni oleh manusia zaman dahulu adalah yang cenderung tertetak pada lokasi-lokasi (tempat)
- Dekat dengan air
- Dekat dengan daerah perburuan.

Jadi bisa dikatakan bahwa gua yang memiliki peninggalan arkeologi pasti di daerah sekitamya dahulu terdapat sungai atau sumber air lain, pendapat ini biasanya dibuktikan dengan melihat peta topografinya, maka akan tertihat bekas-bekas aliran sungai purba.

Bukti bahwa suatu gua pernah dihuni manusia, bila ditemukan antara lain :
- Sisa pembakaran
- Gerabah
- Artefak (a!at-alat dari batu, perunggu, besi.

Juga merupakan bukti dari kebudayaan manusia dari zaman paleolitik, neolitik, perunggu dan besi :
- Artefak batuan (kapak genggam, ujung tombak, pisau, ujung panah dan batu api.
Untuk menentukan umur dari artefak tersebut dapat dilakukan dengan Radio Dating yang berjangkal berbatas maksimal 18.000 tahun.
Artefak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang yang telah membatu disebut fosil. Proses fosilisasi bisa terjadi bila bahan-bahan organik tertimbun lumpur abu vulkanik secara mendadak sehingga tidak sempat membusuk. Sel-sel organik sedikit demi sedikit digantikan oleh mineral dan timbul struktur keras yang menggantikan struktur organik yang lemah.

Fosil-fosil ini dapat berupa :
- Tulang belulang
- Hewan (kerang, serangga, ikan dan lain-lain)
- Kayu, pokok kayu

PSEUDOFOSIL menyerupai fold tetapi bukan fosil, misalkan lumpur yang mengeras dan tercetak rnenyerupai pola tulang dan batang pohon atau akar. Biasanya Pseudofosil terjadi karena aliran lumpur melewati rekahan-rekahan atau lubang-lubang yang terdapat pada batuan kapur.
Apabila dtemui bahan-bahan bemilai arkeologis maka jangan digeser atau dipindahkan dari tempatnya karena akan merusak jejak, untuk melakukan pelacakan ditentukan suatu titiik not dan dari titik itu digali milimeter demi milimeter dengan sikat atau kuas oleh para arkeolog yang telah berpengalaman. Semua temuan di Sato dan dicieskripsikan sesuai dengan kedalaman temuan. Sehingga akan didapatkan informasi mengenai umur dan asal dari benda temuan tersebut, dan dari analisa akan diperoleh gambaran mengenai kehidupan manusia di masa lalu.

VI. Yang perlu dilakukan oleh ahli speleologi / speleologiwan (speleologist)
Yang disebut sebagai speleologiawan (speleologist) yaitu seorang yang serius mendalami dan tahu tentang gua beserta kawasannya, dipandang dari aspek penelitian gua, pengelolaan gua maupun pendidikan speleologi.

a. Tingkatan Kursus Speleologi
1. Tingkat Dasar
Mengetahui dan paham tentang :
· Cara menelusuri gua dengan prosedur yang benar dan aman
· Etika moral penelusuran gua

2. Tingkat Lanjutan
Mendalami dan mengerti tentang :
· Teknik penelusuran gua horisontal , vertikal dan cave rescue.
· llmu pengetahuan terkait
· leadership

3. Tingkat Klinik
Pendalaman tentang :
· Manajemen Ekspedisi spe!eologi
· Metode Pendidikan speleologi

4. Tingkat Manajemen
Pendalaman tentang :
· Manajemen Penelitian Gua dengan berbagai disiplin ilmu terkait
· Manajemen Pendidikan Speleologi
· Pengelolaan Kawasan Gua dan Cara Pemanfaatannya Metode Pengembangan
Speleologi

5. Pendidikan tambahan lain
- Cave Rescue
- Pemetaan gua Khusus
- Fotografi Gua

b. Yang perlu di lakukan speleologiawan untuk kegiatan dan pengembangan speleologi yaitu :
· Pendataan dan pemetaan Gua
· Penelitian Gua
· Pengembangan manfaat gua
· Menjaga kelestarian Gua
· Kegiatan pertemuan speleologi seperti :Seminar, Lokakarya/ Workshop, Simposium,
Sarasehan, diskusi panel, dll
· Pameran Speleologi
· Pendidikan / kursus speleologi

c. Laporan hasil kegiatan speleologi.
1. Laporan perjalanan
2. Laporan Harian
3. Laporan Speleologi dibagi 3 bagian :
Teknis Perjalanan, perbekalan dan peralatan, derajat kesulitan kesampaian daerah dan penelusuran pendataan, pemetaan Ilmiah :
· Biospeleologi
· Geologi
· Geomorfologi
· Hidrologi
· Arkeolog
· Ekologi
· Sedimentologi
· Speleogenesis
Dan lain sebagainya.

Medis
· Macam obat yang dibawa
· Metode Emergency
· Peralatan kesehatan yang dibawa